Kongres Perdana Asosiasi Pendidikan Masyarakat Indonesia (APENMASI) digelar di Istana Wakil Presiden RI hari ini, Rabu (6/2).
Kongres dihadiri oleh sekitar 250 peserta dari berbagai kementerian, perguruan tinggi negeri dan swasta serta beberapa lembaga mitra dalam maupun luar negeri.
Ketua Umum APENMASI Profesor Hafid Abbas mengatakan, APENMASI adalah wadah para pakar, peneliti, ilmuwan, dan praktisi pendidikan masyarakat yang tersebar diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN dan PTS) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di seluruh tanah air.
Menurutnya, APENMASI telah mengidentifikasi 18 kelompok sasaran masyarakat yang dinilai memiliki tingkat kerawanan sosial dan ekonomi tinggi, di antarannya petani miskin, masyakarat adat, anak jalanan, buruh migran, anak dengan gizi buruk, dan lainnya.
“Dari jumlah itu terdapat 128 agenda strategis nyata yang akan dilaksanakan dalam berbagai kegiatan penelitian dan pengabdiannya pada masyarakat untuk membebaskan mereka dari keterbelakangannya,” jelas Hafid dalam rilisnya yang diterima redaksi Jabar Ekspres.
Dia mamaparkan, lahirnya agenda strategis itu didasarkan pada kerisauan atas semakin melebarnya tingkat kesenjangan sosial di negeri ini. Meski diakui pemerintah telah melakukan banyak hal untuk memajukan mereka yang tertinggal.
“Kondisinya masih banyak belum diwujudkan dan kenyataannya tingkat kesenjangan sosial di tanah air masih tinggi,” cetus dia.
Dalam kongres tersebut APENMASI akan membahas agenda strategis di antaranya, memajukan masyarakat tertinggal dengan tujuan mempertemukan sejumlah PTN dan PTS yang memiliki program studi pendidikan masyarakat beserta berbagai jaringan mitranya.
Selain itu, memperkuat sinergitas dan kerjasamanya dalam pelaksanaan kegiatan tri-dharma perguruan tinggi dengan berfokus pada 18 kelompok sasaran yang rentan terhadap berbagai persoalan sosial ekonomi.
Hafid menambahkan, penerapan agenda strategis APENMASI disesuaikan dengan koridor ekonomi lokal masing-masing, misalnya Penmas UPI Bandung membina desa Cihampelas Kecamatan Cililin, Bandung Barat menjadi desa Eceng Gondok yang memanfaatkan gulma tanaman jadi barang bernilai secara ekonomi.
“Untuk menjabarkan seluruh agenda strategis menjadi skala prioritas akan melibatkan pranata-pranata sosial paling bawah seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan institusi-institusi pendidikan,” tutur Hafid.
Sementara itu, dalam sambutannya Wakil Presiden Yusuf Kalla mengatakan, keberhasilan pembangunan kabinet kerja sudah dilakukan secara maksimal. Meski masih menyisakan banyak tantangan.
Dia menuturkan, adanya sebagian masyarakat terisolasi secara geografis, petani yang tingkat pendidikannya kurang merupakan permasalah yang sedang diselesaikan. Namun, untuk mengatasinya butuh kerjasama praktisi pendidikan.
Yusuf Kalla mengajak, agar APENMASI ikut berpartisipasi melakukan percepatan peningkatan kualitas pendidikan agar kemampuan masyarakat lebih sejahtera. Terlebih, pendidikan masyarakat itu penting. Sehingga, jangan sampai sekedar memintarkan anak yang belajar di sekolah tetapi harus mencerdaskan kehidupan bangsa, jadi harus semakin semangat.
Sementara itu, salah seorang peserta Kongres Elih Sudiapermana dari Prodi Pendidikan Masyarkat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berpendapat, pentingnya pendidikan masyarakat yang ditegaskan Wapres harus menjadi pemicu bagi pemangku kepentingan.
“Intinya insan intelektual lulusan pendidikan masyarakat semakin bersemangat melakukan kajian, penelitian dan pengabdian masyarakat dengan menekankan fungsionalnya untuk memajukan masyarakat yang tertinggal,” tutup Elih yang juga mantan Kadisdik Kota Bandung ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar